Saat Demonstrasi Bergulir, Belajar Tetap Bisa Terlaksana secara Daring

Saat Demonstrasi Bergulir, Belajar Tetap Bisa Terlaksana secara Daring

Oleh: 

Firdaus Gani

Guru MTs.N 2 Kota Padang (Mahasiswa S3 UMSumbar)

Indonesia sering kali diwarnai dengan dinamika sosial dan politik. Aksi demonstrasi mahamurid maupun masyarakat untuk menyuarakan aspirasi adalah hal yang lumrah dalam negara demokrasi. Jalanan penuh orasi, suara lantang tuntutan menggema, bahkan situasi menjadi cukup tegang. Namun, di balik hiruk pikuk itu, ada denyut kehidupan lain yang tetap berjalan: pendidikan. Meskipun demonstrasi bergulir, proses belajar tidak boleh terhenti. Berkat teknologi digital, pembelajaran tetap terlaksana melalui sistem daring.

Belajar daring (dalam jaringan) merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan internet dan perangkat digital sebagai sarana utama. Jika dulu belajar hanya dapat berlangsung di ruang kelas dengan papan tulis dan tatap muka, kini murid dapat mengikuti pelajaran dari rumah, bahkan dari mana saja, hanya dengan sebuah gawai. Aplikasi seperti Google Classroom, Zoom, WhatsApp, hingga e-learning madrasah menjadi jembatan ilmu antara guru dan murid.

Mengapa belajar daring begitu penting? Karena pendidikan tidak bisa ditunda. Generasi muda harus tetap mendapat ilmu, meski kondisi bangsa sedang dilanda krisis. Belajar daring bukan hanya menjaga keberlangsungan proses pendidikan, tetapi juga membekali murid dengan keterampilan abad 21: kemandirian, kreativitas, literasi digital, serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan.

Namun, pintar belajar daring tentu membutuhkan strategi. Pertama, disiplin mengatur waktu belajar agar tidak tergoda oleh media sosial dan hiburan digital. Kedua, menguasai keterampilan teknologi, minimal cara menggunakan aplikasi pembelajaran. Ketiga, aktif berdiskusi dengan guru dan teman, sebab interaksi adalah kunci kesuksesan belajar jarak jauh. Keempat, menumbuhkan kemandirian dengan kesadaran bahwa menuntut ilmu bukan hanya menunggu arahan guru, tetapi juga inisiatif mencari referensi tambahan.

Meski demikian, tantangan tetap ada. Keterbatasan kuota internet, jaringan yang tidak stabil, serta keterbatasan perangkat digital menjadi hambatan nyata. Tidak sedikit murid yang motivasi belajarnya menurun karena suasana rumah kurang kondusif. Bahkan sebagian guru maupun murid masih perlu peningkatan keterampilan digital agar lebih siap menghadapi tuntutan pembelajaran daring.

Di sisi lain, faktor pendukung juga tidak kalah penting. Dukungan orang tua dalam menyediakan fasilitas, semangat guru dalam berinovasi, serta tersedianya berbagai platform pembelajaran menjadi modal kuat. Kesadaran murid bahwa belajar daring adalah bagian dari masa depan pendidikan turut memberi energi positif agar pembelajaran tetap berjalan.

Apakah ketercapaian belajar daring sudah maksimal? Jawabannya relatif. Ada murid yang lebih mandiri, kreatif, dan terbiasa menggunakan teknologi. Namun, ada pula yang masih kesulitan. Tingkat ketercapaian sangat dipengaruhi oleh kesiapan sarana, motivasi, dan dukungan lingkungan.

Karena itu, solusi harus terus diupayakan. Pemerataan fasilitas melalui bantuan kuota dan perangkat bagi murid kurang mampu menjadi prioritas. Selain itu, pelatihan digital bagi guru dan murid sangat diperlukan agar mereka lebih percaya diri. Peran orang tua dalam mendampingi anak belajar serta kombinasi pembelajaran daring dan luring (hybrid learning) juga menjadi pilihan bijak agar lebih seimbang dan humanis.

Akhirnya, belajar daring bukan hanya solusi darurat, tetapi tonggak transformasi pendidikan menuju era digital. Meskipun demonstrasi bergulir di jalanan, proses belajar tidak terhenti. Ilmu tetap mengalir melalui ruang-ruang virtual. Inilah bukti bahwa dalam kondisi apa pun, pendidikan tetap berjalan. Dengan strategi yang tepat, dukungan bersama, dan semangat pantang menyerah, generasi muda Indonesia akan tumbuh sebagai insan cerdas, mandiri, dan tangguh menghadapi tantangan zaman.

#Firdaus Gani