“JKA Dikejar Bola, Bukan Menjemput Bola”
Oleh:
Anton Wira Tanjung , S.Pi, M.Si
(Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan)
Seratus hari kepemimpinan Bupati Padang Pariaman, John Kenedy Azis (JKA), bukan sekadar tentang pencapaian administratif, melainkan sebuah transformasi pola kepemimpinan yang mencerminkan respons cepat, kolaboratif, dan penuh terobosan. Ketika banyak kepala daerah sibuk “menjemput bola” ke pusat kekuasaan, Bupati JKA justru berada dalam posisi unik: dikejar bola. Akses dan kepercayaan yang dimilikinya di pemerintahan pusat menjadi modal besar yang harus dijemput oleh jajaran OPD dan elemen masyarakat daerah, bukan sebaliknya.
Langkah pertama Bupati JKA dimulai secara simbolis dan substantif—dari retreat di Magelang, hingga pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat di Pendopo Bupati. Ini adalah pesan awal: kepemimpinan bukan sekadar administrasi, melainkan sinergi kultural dan spiritual yang menjadi fondasi membangun daerah.
Lima arah kebijakan yang disampaikan JKA dalam rapat bersama OPD, yaitu efisiensi anggaran, inovasi, layanan prima, integritas ASN, dan zero toleransi terhadap narkoba dan judi online, adalah bentuk reorientasi kerja birokrasi. Pesan ini tidak hanya tegas, tetapi juga menjadi “kompas moral” birokrasi Padang Pariaman ke depan.
Tidak cukup hanya dengan visi, JKA langsung tancap gas. Meskipun kewenangan normal berada di tangan provinsi, pengerukan saluran banjir Sicaung–Sicincin langsung diperintahkannya. Ini menunjukkan pendekatan problem solving, bukan sekadar position holding. Kepemimpinan JKA menjadikan pelayanan kepada masyarakat sebagai panglima, bukan alasan prosedural.
Dalam waktu singkat, Padang Pariaman berhasil menghelat event besar seperti Pacu Kudo yang mendatangkan 40.000 penonton dan menggerakkan Rp6 miliar lebih ekonomi masyarakat. Ditambah lagi, Gotong Royong Akbar di Batang Ulakan yang bukan hanya menyelesaikan masalah banjir 10 tahunan, tetapi juga menunjukkan nilai strategis kolaborasi lintas sektor. Semua ini bukan hanya kegiatan, tapi legacy building.
Kehadiran lima menteri dan tokoh nasional ke Padang Pariaman dalam 100 hari adalah bukti sahih jaringan dan kapasitas personal JKA. Yang membedakan JKA dari kepala daerah lainnya adalah: bukan hanya diterima di Jakarta, tapi dicari dan dihargai. Dalam diplomasi pembangunan, relasi seperti ini adalah aset strategis yang tak ternilai.
Namun, posisi istimewa ini menuntut respons aktif. OPD dan jajaran birokrasi tidak boleh pasif menunggu arahan atau hanya jadi pelengkap struktur. Akses yang dibuka oleh JKA adalah umpan bola matang, tinggal bagaimana pemain lainnya memanfaatkannya. Jika daerah lain sibuk berlari ke Jakarta, Padang Pariaman sudah lebih maju satu langkah bola sudah di kaki kita.
Bupati JKA telah membuktikan bahwa kepemimpinan hari ini bukan tentang menunggu giliran, tapi tentang mengambil inisiatif. Saat kepala daerah lain masih menyusun proposal ke pusat, Bupati JKA sudah duduk berdiskusi di meja strategis nasional. Itulah bedanya: yang lain menjemput bola, JKA dikejar bola.
Kini, tinggal kita di daerah ini yang harus menjawab: Apakah kita siap menendang bola itu ke gawang kemenangan bersama? Atau justru membiarkannya menggelinding sia-sia?
#Anton Wira Tanjung , S.Pi, M.Si (Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan)
No comments:
Post a Comment