Hari Guru: Antara Fakta dan Realita

 Hari Guru: Antara Fakta dan Realita

Oleh: 

DR. Misra, MA

Hari Guru sejatinya bukan sekadar seremoni pengibaran tema dan unggahan berbalut ucapan terima kasih. Ia adalah cermin yang memantulkan wajah dunia pendidikan kita ada senyum pengabdian, namun juga terdapat gurat kegelisahan. Dalam amatan sederhana, guru masih menjadi sosok yang menanggung harapan besar negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, namun tidak jarang berjalan dengan sumber daya yang terbatas.

Faktanya, guru terus dituntut untuk adaptif menguasai teknologi, memperkaya literasi, dan menghadirkan pembelajaran berpusat pada peserta didik. Namun realitanya, tidak semua memiliki kesempatan dan dukungan yang merata untuk bergerak secepat idealisme kebijakan. Di sisi lain, penghargaan terhadap profesi guru sudah tumbuh lebih baik, tetapi kualitas hidup sebagian guru terutama di pelosok masih jauh dari kata sejahtera.

Guru adalah arsitek peradaban. Mereka bukan hanya pengajar mata pelajaran, melainkan penanam nilai, pembingkai karakter, dan penuntun masa depan. Karena itu, refleksi Hari Guru mestinya tidak berhenti pada perayaan, melainkan menjadi momentum memastikan bahwa apresiasi selaras dengan keberpihakan. Pendidikan berkualitas tidak lahir dari tekanan tuntutan, tetapi dari ekosistem yang memuliakan guru sebagai mitra strategis pembangunan bangsa.

Hari Guru mengingatkan kita pada satu hal sederhana dan mendasar ketika guru maju, Indonesia ikut melangkah lebih jauh. Dan ketika guru terpinggirkan, masa depan kita pun berisiko ikut tertinggal. Maka perlu komitmen kolektif pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan untuk menghadirkan ruang yang adil dan bermartabat bagi setiap guru.

Selamat Hari Guru. Semoga peran mulia ini selalu dikuatkan oleh ketulusan, dilindungi oleh kebijakan yang berpihak, dan dilengkapi kesejahteraan yang layak. Sebab, masa depan bangsa ini sedang mereka tulis setiap hari di ruang-ruang kelas.

Wallahu a'lam bisshawab.

#DR. Misra, MA