Breaking

Tuesday, July 22, 2025

Langkah Awal Karang Taruna Menjawab Perubahan Melalui Tangan Budi Satrio Djiwanjono

Antara Madiyal Hasan, SH dan Budi Satridjiwandonk adalah persahabatan yang sudah lama terbangun 

MWawasan
, Padang (SUMBAR)~ Percaturan kepemudaan organisasi skala nasional, mencuaknya nama Budisatrio Djiwandono yang mengemuka sebagai sosok menuju puncak peran strategis: melalui menjadi Ketua Umum Pengurus Nasional Karang Taruna (PNKT) periode 2025–2030. Bukan sekadar pencalonan elite, ini langkah awal Budi panggilan akrabnya menjadi sorotan khusus bro  Mahdiyal Hasan karena beliau pernah satu bendera dalam organisasi kepemudaan dan menjadi perpanjangan tangan pusat di daerah dan beliau merupakan advokat muda serta mantan Ketua Tunas Indonesia Raya (TIDAR) Sumatera Barat yang dikenal tajam dalam membaca arah gerakan pembaharuan pemuda secara menyeluruh.

Menurut pandangan Mahdiyal yang biasa di sapa diyal ini,  Budi adalah sosok anomali yang positif: berasal dari garis keturunan elite nasional, tapi memiliki sensitivitas lapangan dan sifat rendah hati yang jarang ditemukan di lingkar kekuasaan pada zaman sekarang.

“Budi bukan tipikal politisi menara gading. Ia humble, mau mendengar, dan yang terpenting: punya visi kepemudaan yang tidak berhenti di pidato, tapi diterjemahkan dalam aksi nyata serta mempunyai rasa peka terhadap sekitar, dan saya telah merasakan sepak terjangnnya” ujar Mahdiyal saat ditemui di Padang, pada Minggu (20/7/2025).

Darah Elite,  Jiwa Lapangan

Gerardus Budisatrio Djiwandono lahir di Jakarta pada 25 September 1981, dari keluarga yang mempunyai rekam jejak panjang dalam meningkatkan ekonomi bangsa dan politik nasional. Ayahnya, Sudradjad Djiwandono, pernah mengabdikan diri sebagai Gubernur Bank Indonesia, dan ibunya adalah kakak kandung Prabowo Subianto yang merupakan Presiden RI terpilih periode 2024–2029.

Namun menurut Mahdiyal, nama besar itu justru merupakan tantangan pribadi bagi Budi sebagai membuktikan diri. Alih-alih sekadar menumpang ketenaran keluarga, Budi memilih membangun kredibilitas dari bawah: menempuh pendidikan di Amerika Serikat, bekerja di sektor industri, dan kemudian terjun ke dunia politik dimulai tahun  2017 melalui Pergantian Antar Waktu (PAW) DPR RI.

Kini, menjabat pula sebagai Ketua Fraksi Partai Gerindra sekaligus Wakil Ketua Komisi I DPR RI yang membidangi pertahanan, hubungan luar negeri, dan intelijen, ini dapat dinilai sebagai  pijakan yang kokoh dalam memainkan peran strategis di bidang sosial seperti yang telah di perbuat Karang Taruna selama ini.

Kepemimpinan yang Mau Mendengar

Bagi Mahdiyal Hasan, pengalaman bukan satu-satunya menjadi alasan mengapa Budi pantas memimpin Karang Taruna. Yang lebih penting adalah gaya kepemimpinannya yang terbuka dan inklusif.

“Saya pernah menyaksikan sendiri bagaimana Budi mendengarkan keluhan kader-kader muda partai di daerah. Ia tidak pernah memotong pembicaraan, dan selalu bertanya balik dengan serius serta mencarikan solusi. Sikap itu bukan sekedar  basa-basi politik, tapi refleksi dari pemimpin yang tahu bahwa perubahan dimulai dengan mendengar,” ujar Mahdiyal.

Menurutnya, organisasi Karang Taruna tidak membutuhkan figur karismatik yang hanya tampil di atas panggung, melainkan pemimpin yang dapat merespons  setiap problem pemuda di tingkat desa: minimnya akses kerja, kurangnya pelatihan keterampilan, dan kegamangan dalam menghadapi era digital.

Budi dinilai mampu menyambungkan problematika itu dengan kebijakan konkret, karena ia punya dua modal penting: koneksi pusat dan pemahaman akar rumput.

Lebih dari Sekadar Manuver Politik

Di tengah kecurigaan bahwa langkah Budi ke Karang Taruna merupakan bagian  skenario politik menuju Pilkada atau Pemilu 2029,  Mahdiyal memberikan perspektif berbeda. Ia menyebut langkah itu sebagai bagian dari regenerasi politik yang sehat.

“Justru kita butuh orang seperti Budi di Karang Taruna orang yang paham struktur pemerintahan, tahu caranya mencari anggaran, dan bisa menjembatani aspirasi pemuda ke meja pengambil keputusan,” tegas Mahdiyal.

Ia juga menyinggung masa depan Karang Taruna yang selama ini terjebak dalam rutinitas kegiatan seremonial tanpa arah strategis. Jika dipimpin oleh sosok seperti Budi, kata Mahdiyal, organisasi ini dapat menjadi “sekolah politik alternatif” dalam mendidik anak muda tentang kewarganegaraan aktif, kolaborasi lintas sektor, dan kepemimpinan berbasis data.

Isu Nyata,  Aksi Nyata

Selama ini, Budisatrio dikenal membawa isu-isu kental yang lekat dengan kebutuhan pemuda masa kini: literasi digital, kewirausahaan sosial, ketahanan pangan lokal, serta penguatan karakter pemuda di era disinformasi. Bahkan menurut Mahdiyal,  jauh sebelum isu-isu ini menjadi tren nasional, Budi sudah menyuarakannya di forum-forum internal partai.

“Saya masih ingat ketika Budi berbicara panjang lebar soal pentingnya digitalisasi di tingkat desa, saat sebagian besar elit masih bicara infrastruktur dasar. Ia punya sense masa depan,” kenang Mahdiyal.

Karang Taruna di Simpang Jalan

Kini, seluruh mata tertuju pada Temu Karya Nasional Karang Taruna 2025, forum akbar yang akan menentukan arah organisasi lima tahun ke depan. Dalam konteks ini, kehadiran figur seperti Budisatrio Djiwandono bukan sekadar membawa nama besar, tapi menawarkan paradigma baru dalam melihat pemuda: sebagai agen perubahan, bukan objek kegiatan seremonial.

“Budi bukan hanya representasi elite dia adalah cerminan  harapan setiap pemuda agar mampu menjembatani dua dunia: kebijakan dan lapangan, pusat dan daerah, wacana dan aksi. Karang Taruna butuh pemimpin seperti itu jika ingin relevan di masa depan,” pungkas Mahdiyal.

Momentum Kebangkitan Pemuda

Pencalonan Budisatrio Djiwandono tak bisa dilihat dari sisi politis. Ini adalah ujian bagi pemuda Indonesia: apakah mereka siap dipimpin oleh figur yang membawa semangat pembaruan, atau tetap berkutat dalam pola lama yang stagnan.

Mahdiyal Hasan telah menyuarakan harapan banyak anak muda: kepemimpinan yang humble, cerdas, visioner, dan bersedia turun langsung ke lapangan. Saya melihat Budi,  mempunyai harapan yang nyata.

kini Karang Taruna berdiri di persimpangan sejarah. Jika benar ingin menjadi pelopor perubahan sosial,  pilihan ke depan harus tegas bukan soal siapa yang populer, tapi siapa yang benar-benar peduli dan siap bekerja untuk masa depan pemuda Indonesia. 

#KmK

No comments:

Post a Comment

Koran Wawasan Edisi 194, Februari 2023

"Prakiraan Cuaca Senin 14 Oktober 2024"


"KEPUASAN ANDA UTAMA KAMI"




BOFET HARAPAN PERI Jl. SAMUDRA No 1 KOMP. PUJASERA PANTAI PADANG
Selamat Datang diSemoga Anda Puas