Breaking

Tuesday, November 8, 2016

BATAN Atasi DBD dengan Teknik Serangga Mandul

MWawasan.JAKARTA- Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) yang diakibatkan gigitan nyamuk Aedes aegypti tidak pernah berhenti mengintai kehidupan manusia. Sementara itu, perilaku manusia yang cenderung mengabaikan kebersihan serta lingkungan yang buruk, memicu pertumbuhan nyamuk semakin tinggi. Pengasapan yang dilakukan untuk membasmi nyamuk dirasa kurang efektif karena hanya bersifat sementara dan tidak ramah lingkungan.

Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), Badan tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dengan memanfaatan teknologi nuklir mampu mengembangkan sebuah teknologi yang sangat berguna untuk menekan pertumbuhan populasi nyamuk Aedes aegypti. BATAN menyebutnya dengan Teknik Serangga Mandul (TSM). Yaitu sebuah teknik yang memanfaatkan sinar radiasi gamma dengan intensitas tertentu yang dikenakan pada nyamuk jantan sehingga akan berakibat mandul.

Kepala BATAN, Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan, TSM ini sebenarnya sudah dipakai di dunia lebih dari 50 tahun yang lalu. Pada awalnya teknik ini digunakan untuk melawan lalat buah, ngengat, dan serangga pengganggu lainnya.

“Teknologi ini kemudian dikembangkan oleh Badan Tenaga Atom Internasional untuk melawan penyakit  berbasis virus yang dibawa nyamuk. Dan Indonesia dijadikan pionir untuk program ini. TSM merupakan teknologi yang murah, ramah lingkungan dan efisien untuk melawan tidak hanya DBD tetapi juga untuk Zika dan Chikungunya,” kata Djarot saat jumpa pers yang digelar di PAIR, Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Jakarta Selatan, Senin (07/11).

Senada dengan itu, Peneliti BATAN, Ali Rahayu mengatakan, dalam mengembangkan TSM sebenarnya sangat mudah, namun yang terpenting adalah bagaimana suatu daerah dapat beternak nyamuk. “Di Indonesia yang dapat berternak nyamuk baru di Salatiga, BATAN, dan di Bogor. Dalam sehari kami di BATAN dapat menghasilkan nyamuk dalam ratusan ribu ekor untuk dimandulkan,” kata Ali Rahayu

Nyamuk jantan yang sudah dimandulkan kemudian dilepas dan kawin dengan nyamuk betina, maka tidak akan terjadi pembuahan, telur yang keluar tidak ada isinya. Hal ini secara otomatis populasi nyamuk akan tertekan dan lama kelamaan akan hilang.

TSM yang dikembangkan oleh BATAN sejak tahun 2005 ini mempunyai tingkat keberhasilan sangat tinggi, ini terlihat dari efektivitas penurunan populasi nyamuk bisa mencapi 96,35 persen. “ Teknologi ini telah diaplikasikan di beberapa wilayah seperti Jakarta, Salatiga, Tangerang dan Bangka Barat,” pungkasnya.





#Gan/batan.co.id/Pur

Koran Wawasan Edisi 194, Februari 2023

"Prakiraan Cuaca Selasa 29 Agustus 2023"


"KEPUASAN ANDA UTAMA KAMI"




BOFET HARAPAN PERI Jl. SAMUDRA No 1 KOMP. PUJASERA PANTAI PADANG
Selamat Datang diSemoga Anda Puas