Memaknai Anarkisme, Anarkis, Anarko Dan Penerapan Dalam Keseharian
Oleh:
Ismedi
Selama ini, kata anarki, anarkis, dan anarko sering muncul dalam pemberitaan, terutama saat terjadi kerusuhan atau demonstrasi. Namun, banyak orang yang sebenarnya belum memahami perbedaan ketiga istilah ini. Akibatnya, terjadi salah kaprah dalam penggunaannya. Padahal, secara etimologis dan historis, ketiganya punya makna yang berbeda, meski berakar dari konsep yang sama.
1. Anarki: Dari Filsafat Yunani hingga Gambaran Kekacauan
Kata anarki berasal dari bahasa Yunani anarchos, yang berarti tanpa penguasa. Dalam pengertian populer, kata ini identik dengan kekacauan, ketidakaturan, atau kondisi kacau balau ketika tidak ada otoritas yang mengatur. Misalnya, ketika sebuah negara gagal mempertahankan kekuasaannya, sering dikatakan bahwa negara itu "jatuh dalam anarki".
Namun, dalam filsafat politik, pengertian anarki tidak selalu negatif. Para pemikir anarkisme justru memandangnya sebagai kondisi ideal: sebuah tatanan masyarakat yang hidup tanpa pemerintahan atau hierarki yang memaksa. Aturan sosial tetap ada, tetapi terbentuk dari kesepakatan bersama, bukan paksaan dari penguasa. Dengan kata lain, anarki dalam makna filosofis adalah masyarakat yang mandiri, egaliter, dan bebas dari dominasi negara.
2. Anarkis: Penganut Paham atau Sekadar Cap Negatif?
Istilah anarkis digunakan untuk menyebut orang yang menganut atau mendukung paham anarki. Dalam sejarah, banyak tokoh anarkis yang lahir pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20, terutama di Eropa, yang menolak segala bentuk pemerintahan otoriter dan memperjuangkan kebebasan individu serta solidaritas masyarakat.
Namun, di Indonesia, kata "anarkis" mengalami pergeseran makna. Dalam bahasa sehari-hari, ia kerap dipakai untuk menyebut orang yang gemar membuat kerusuhan, merusak fasilitas umum, atau melawan aturan. Padahal, pengertian ini menyimpang dari makna aslinya yang lebih filosofis. Perbedaan tafsir inilah yang sering menimbulkan stigma negatif terhadap kelompok atau individu yang dikaitkan dengan paham anarki.
3. Anarko: Dari Teori Serikat Pekerja hingga Jargon Jalanan
Berbeda dengan dua istilah sebelumnya, kata anarko lebih bersifat singkatan dan populer dalam penggunaan gaul atau jargon. Istilah ini biasanya merujuk pada anarkisme atau anarkis, dan sering dipakai untuk menyebut aliran-aliran tertentu, seperti Anarko-Sindikalisme—sebuah gerakan yang menekankan serikat pekerja sebagai basis perjuangan melawan kapitalisme dan otoritarianisme.
Namun, di Indonesia, kata anarko mendapat makna baru, terutama lewat pemberitaan media dan narasi aparat keamanan. Kelompok pemuda berpakaian serba hitam, bercorak punk, dan kerap hadir dalam demonstrasi sering disebut sebagai "kelompok anarko". Label ini membuat istilah anarko identik dengan aksi vandalisme, padahal secara teoritis, anarkisme punya banyak wajah—mulai dari gerakan intelektual, seni, hingga perjuangan buruh.
Kesalahpahaman yang Meluas
Pencampuradukkan istilah ini akhirnya melahirkan kesalahpahaman di tengah masyarakat. Kata anarki sering dipersepsikan sebagai "kerusuhan", kata anarkis dianggap "perusuh", sementara kata anarko seakan menjadi cap bagi anak muda berpakaian hitam yang ikut demo. Padahal, jika dilihat lebih jauh, istilah-istilah ini memiliki akar sejarah dan pemikiran yang kaya, jauh melampaui sekadar aksi ricuh di jalanan.
Anarki adalah keadaan tanpa penguasa; bisa berarti kacau, tapi juga bisa dimaknai sebagai tatanan sosial tanpa paksaan.
Anarkis adalah orang atau kelompok yang menganut paham anarki; sayangnya di Indonesia sering dimaknai sempit sebagai "perusuh".
Anarko adalah istilah gaul atau singkatan dari anarkisme/anarkis, yang dalam praktik di Indonesia identik dengan kelompok pemuda tertentu.
Dengan memahami perbedaan ini, publik diharapkan tidak lagi terjebak dalam stigma yang simplistis. Sebab, di balik kata yang sering dianggap "menyeramkan", ada sejarah panjang perjuangan melawan otoritarianisme dan pencarian masyarakat yang lebih adil.
#Ismedi
No comments:
Post a Comment