Breaking

Wednesday, August 18, 2021

Serunai Kemerdekaan RI, Menghadapi 3 Tantangan dengan Nilai Pancasila

MWawasan, Sleman (YOGYAKARTA)~ Pelaksanaan manaqib kebudayaan yang rutin digelar Peace Village, Sleman, DIY edisi kali ini berlangsung istimewa. Sebab, event rutin tiap Malam Rabu Legi tersebut bertepatan dengan hari Kemerdekaan RI ke-76 tahun, Selasa (17/8/2021). Yenny Wahid menyoroti ada tiga tantangan besar umat manusia dan harus dihadapi dengan menerapkan nilai Pancasila.


Tidak hanya dengan shalawat seperti laiknya manaqib, tetapi acara ini juga menyuguhkan sejumlah orang-orang spesial dengan tindakan spesial pula. Kegiatan ini juga disiarakan langsung melalui YouTube. 


Manaqib budaya bertajuk Serunai Kemerdekaan ini berisikan berbagai acara seperti dialog kebudayaan antara Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid dengan Garin Nugroho. Keduanya berbincang mengenai atmosfer kemerdekaan yang dilingkupi pandemi yang menghantam Indonesia dalam satu setengah tahun terakhir. Acara ini dikonsep dalam perbincangan yang ringan, namun tetap relevan. Terutama pada apa yang bisa dilakukan di masa sulit seperti ini untuk membantu warga. 


Dalam dialog itu, Yenny Wahid yang juga Ketua Umum PP Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) ini mengungkapkan saat ini dan ke depan, umat manusia di seluruh dunia akan menghadapi tiga tantangan besar terutama anak-anak muda. Tiga hal itu adalah disrupsi, ekologi, dan emosi. 


"Disrupsi terjadi karena perubahan teknologi dan perubahan gaya hidup. Banyak pekerjaan yang dulu ada, sekarang tidak ada lagi. Misalnya teknisi kapal uap, petugas telepon umum, sekretaris yang menggunakan stenografi, dan lain sebagainya," kata dia.


Yenny menyebutkan pandemi juga suatu bentuk disrupsi. Karena perubahan gaya hidup, manusia mobilitasnya lebih luas maka virus pun menyebar lebih cepat. Dahulu virus bisa dilokalisir di suatu wilayah, tetapi saat ini dengan kemajuan teknologi dan mobilitas manusia yang tinggi, virus pun bisa tersebar ke seluruh dunia sehingga menjadi fenomena global.


Tantangan kedua adalah ekologi meliputi isu perubahan iklim dan dampaknya. Menurutnya, tantangan ini dihadapi seluruh manusia di dunia tak memandang suku, agama, negara. "Isu perubahan iklim ini akan berpengaruh besar sekali. Mau dia orang Amerika Serikat, Belanda, Tegal, Sumenep semua sama," jelas dia.


Tantangan ketiga adalah emosi terutama dengan sosial media yang mengaduk-aduk perasaan. Menurutnya, emosi untuk saat ini terutama kaitannya dengan kehadiran sosial media menjadi hal yang penting yang harus diperhatikan karena banyaknya perubahan. 


"Perubahan ini merupakan efek dari cara kita berinteraksi satu sama lain. Ada bullying, hoaks, hate speech yang kecenderungannya membelah masyarakat. Kamu dukung saya atau kamu membenci saya. Kita harus hadapi ini," jelas dia.


Lalu, bagaimana cara menghadapinya? Yenny mengatakan cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan. "Ketika kita selalu ingat pada Tuhan dan mendahulukan kemanusiaan, kita akan jadi lebih bisa menerima dengan tabah saat krisis. Hal itu membuat kita memiliki daya juang untuk survive. Ketika ada daya juang, kita bisa bertahan dan bisa mencari solusi serta kreativitas," papar dia.


Yenny menjelaskan ketika ada rasa kemanusiaan yang dipraktikkan, maka akan timbul saling bantu. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak hidup sendiri.


"Selain itu, hal lain yang paling penting adalah keadilan. Kita punya prestasi yakni indeks korupsi salah satu yang paling tinggi di dunia. Kalau kita mau berbuat adil pada semua, pengamalannya gampang. Enggak usah korupsi deh. Semua orang enggak korupsi itu dampaknya luar biasa pada negara kita. Terapin ke diri sendiri dulu. Kita enggak usah ambil hak orang lain. Itu aja dulu," ujar dia.


Acara dialog itu ditambah dengan pembacaan puisi oleh seniman teater senior Jogja, Landung Simatupang. Selain sebagai salah satu dedengkot teater di Indonesia, Landung juga dikenal dengan pembacaan puisinya yang merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia. 


Selanjutnya, acara manaqib ini menghadirkan lelang lukisan “Indonesia Rumah Kita”. Lukisan ini dibuat oleh dua pelukis papan atas Indonesia bereputasi internasional, Nasirun dan Jumaldi Alfi. Dua pelukis yang berbeda dalam banyak hal. Mulai dari afiliasi ormas keagamaan (NU-Muhammadiyah) hingga ke gaya lukisan. 


Lukisan ini sudah disiapkan sejak tiga hari sebelumnya, dilukis sketsa dan detailing-nya. Dan pada acara manaqib itu mereka akan secara live melakukan kolaborasi finishing lukisan ekspresionisme berukuran 2 meter kali dua meter tersebut. 


Hasil dari lelang lukisan tersebut sepenuhnya akan didonasikan untuk membantu warga yang terdampak Pandemi Covid-19. Hal ini adalah aksi nyata dari Peace Village untuk membantu warga yang kini banyak mengalami kesusahan, dan banyak di antaranya yang belum tersentuh.

 

#rel/Buya

No comments:

Post a Comment

Koran Wawasan Edisi 194, Februari 2023

"Prakiraan Cuaca Selasa 29 Agustus 2023"


"KEPUASAN ANDA UTAMA KAMI"




BOFET HARAPAN PERI Jl. SAMUDRA No 1 KOMP. PUJASERA PANTAI PADANG
Selamat Datang diSemoga Anda Puas